Sejarah sastra dunia tidak lepas berasal dari kontroversi. Banyak rajazeus novel yang dulu dilarang sebab dianggap amat radikal, tidak bermoral, atau membahayakan kekuasaan. Namun, justru pelarangan itu seringkali membuatnya jadi terkenal dan dikenang sebagai karya legendaris. Artikel ini bakal mengungkapkan novel-novel kontroversial yang sempat dilarang di beraneka negara, alasan di balik pelarangannya, dan mengapa mereka tetap abadi dalam dunia sastra.
1. Lolita – Vladimir Nabokov (1955)
Alasan Pelarangan:
-
Dianggap mempromosikan pedofilia karena menceritakan hubungan antara pria paruh baya (Humbert Humbert) dengan gadis remaja 12 tahun (Dolores Haze).
-
Dilarang di Prancis, Inggris, Argentina, dan beberapa negara bagian AS pada tahun 1950-an.
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Keindahan bahasa sastra Nabokov yang puitis dan ironis.
-
Eksplorasi kompleks tentang nafsu, manipulasi, dan moralitas.
-
Dianggap sebagai salah satu mahakarya sastra abad ke-20.
2. *1984* – George Orwell (1949)
Alasan Pelarangan:
-
Dilarang di Uni Soviet, China, dan beberapa negara komunis karena dianggap sebagai kritik terhadap totalitarianisme.
-
Juga pernah dilarang di AS (1950-an) karena dianggap “pro-komunis” (ironisnya, Orwell sendiri anti-komunis).
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Prediksi Orwell tentang pengawasan massal, propaganda, dan kontrol pikiran ternyata sangat relevan hingga sekarang.
-
Konsep seperti “Big Brother”, “Thought Police”, dan “Newspeak” menjadi istilah populer dalam politik modern.
3. The Satanic Verses – Salman Rushdie (1988)
Alasan Pelarangan:
-
Diprotes keras oleh umat Muslim karena dianggap menghina Nabi Muhammad.
-
Dilarang di India, Pakistan, Iran, dan beberapa negara Islam.
-
Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman mati untuk Rushdie, memaksanya hidup dalam persembunyian selama bertahun-tahun.
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Eksplorasi imigrasi, identitas, dan agama yang dalam.
-
Menjadi simbol kebebasan berekspresi vs. sensitivitas agama.
4. Ulysses – James Joyce (1922)
Alasan Pelarangan:
-
Dilarang di AS dan Inggris karena dianggap “tidak senonoh” (mengandung deskripsi seksual dan kata-kata kasar).
-
Dituduh sebagai “karya cabul” dan disita oleh pemerintah AS hingga tahun 1933.
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Diakui sebagai novel terhebat dalam sastra modern.
-
Teknik aliran kesadaran (stream of consciousness) Joyce memengaruhi banyak penulis setelahnya.
5. The Catcher in the Rye – J.D. Salinger (1951)
Alasan Pelarangan:
-
Sering dilarang di sekolah-sekolah AS karena dianggap mengandung kata-kata kasar, seksualitas, dan pemberontakan remaja.
-
Beberapa pembunuh terkenal (seperti pembunuh John Lennon) mengaku terinspirasi oleh buku ini, membuatnya semakin kontroversial.
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Suara unik Holden Caulfield yang mewakili kebingungan dan pemberontakan remaja.
-
Pengaruhnya terhadap budaya pop, dari musik hingga film.
6. Lady Chatterley’s Lover – D.H. Lawrence (1928)
Alasan Pelarangan:
-
Dilarang di Inggris, AS, Australia, dan Kanada karena adegan seks eksplisit.
-
Baru boleh diterbitkan di Inggris setelah persidangan terkenal tahun 1960 yang menguji batas sensor sastra.
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Pembahasan terbuka tentang seksualitas perempuan yang langka di masanya.
-
Membuka jalan untuk kebebasan berekspresi dalam sastra.
7. The Da Vinci Code – Dan Brown (2003)
Alasan Pelarangan:
-
Diprotes oleh Gereja Katolik karena klaim bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena.
-
Dilarang di Lebanon, Fiji, dan beberapa sekolah Katolik.
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Kombinasi sejarah, konspirasi, dan thriller yang memikat.
-
Memicu minat baru pada sejarah agama dan seni.
BACA JUGA: Fakta Mengejutkan tentang Proses Menulis Novel Best Seller
8. Fahrenheit 451 – Ray Bradbury (1953)
Ironi Pelarangan:
-
Novel ini sendiri mengisahkan dunia di mana buku dibakar, tapi beberapa sekolah di AS pernah melarangnya karena dianggap “anti-sosial”.
Mengapa Tetap Legendaris?
-
Prediksi tentang budaya cancel dan sensor modern.
-
Pesan kuat tentang pentingnya buku dan pemikiran kritis.
Kesimpulan: Mengapa Novel-novel Ini Tetap Abadi?
-
Pelarangan justru meningkatkan ketertarikan (efek Streisand).
-
Mereka menantang status quo, membuat pembaca berpikir.
-
Kualitas sastra yang luar biasa membuatnya bertahan melewati zaman.